Cerpen cinta Love at first sight part ~ 07

Haii guys, admin muncul lagi ini dari balik bayang-bayang. Ihihihi...

Setelah sebelumnya bongkar berkas untuk ngumpulin cerpen-cerpen sebelumnya. Dan menjadikannya sebuah daftar isi, kali ini Admin bakalan melanjutkan cerpen yang masih ongoing nih. Tentunya setelah cerpen Sweety heart ending, admin harus berpindah kecerpen sebelumnya yang masih belum terlihat mau dibawa kemana.

Okelah, dari pada kebanyakan bacot langsung saja ya, ini dia nih kelanjutan dari cerpen cinta Love at firs Sign, dan untuk yang sudah lupa sama cerpen sebelumnya. Klik saja disini. Happy reading...

Cerpen cinta Love at First Sighn part ~ 07
Cerpen cinta Love at First Sighn part ~ 07

Cerpen cinta Love at First Sight


“Apa urusannya denganmu?” pertanyaan bernada protes itu jelas terdengar ditelingaku, bahkan aku bukannya takut malah terasa mau ketawa, lucu sekali pria ini. Bahkan protesannya seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan permen dengan ibu nya, wajah sebelnya imut sekali.

“Siapapun yang berurusan dengan gadisku, sepertinya akan berurusan denganku,” jawaban dari Revan sungguh diluar dugaaan, aku langsung menatapnya kaget, namun dia hanya menatap David dengan tegar, perlahan aku menatap kearah David yang juga sedang menatap kearah Revan dengan ekspresi yang sulit untuk di percaya. Dan aku mulai berfikir, tunggu yang sedang di perdebatkan itu aku bukan, seharusnya aku yang jadi pemeran utamanya, tapi kenapa aku nggak kebagian moment tatap-tatapan? #Halakh,

“Ooo jadi kamu pria nya?” pertanyaan bernada sinis itu sedikit membuatku merinding, apakah sifat kekanak kanakaannya sudah hilang? Terdengar seperti pria dewasa yang berusaha untuk melindungi miliknya.

“Aku senang kalau kamu bisa berfikir begitu,” balas Revan sambil tersenyum, kemudian dengan tegas tapi pasti melepaskan cekalan David ditanganku dengan paksa dan menarik ku kesisinya, menyembunyikanku dengan bahunya dan aku dengan bodohnya malah terpesona dengan postur tubuhnya, apakah memang bahu pria itu selebar ini. Menarik,

“Heh, kalau begitu aku akan meralatnya. Jadi kamu pria yang sedang dekat dengannya? Aku rasa kita seumuran, dan wajah kita juga tidak bisa di katakan jelek, penampilan... Emmm oke, aku rasa aku tidak jauh berbeda denganmu. Jadi kalau aku punya kelebihan sedikit saja, aku pasti bisa mendapatkan gadis ini,” ucap David penuh percaya diri. Aku siap untuk protes mendengarnya, tapi tanganku ditahan oleh Revan yang membuatku menatapnya penuh tanya, dia tidak membalas menatapku, hanya saja tangannya mencekal tanganku dengan erat. Seolah menyembunyikan kemarahannya.

“Aku senang dengan tekatmu, setidaknya semakin banyak yang menyayangi gadisku, akan semakin banyak yang membuatnya bahagia. Atau kalau aku beruntung...” Revan menggantungan ucapannya, kemudian mendekatkan wajahnya kewajah David yang masih menatapnya penuh tanya, dan tepat didepanmu, aku sangat yakin dengan hal itu. Revan membisikkan sesuatu di telinga David yang aku sama sekli tidak bisa mendengarnya, yang makin membuatku penasaran, dengan ekspresi David yang langsung melotot mendengarnya, Revan tersenyum senang dan kembali menjauhkan wajahnya.

“Kamu tidak takut dengan ucapan itu? Waktu bisa merubah segalanya!” ucap David terdengar ketus.

“Sayangnya itu hanya kalimat yang diucapkan oleh orang yang putus asa, aku senang kalau kamu sudah putus asa bahkan sebelum berusaha. Meskipun aku mungkin sedikit kecewa karena saninganku...”

“Aku tidak menyerah begitu saja, tidak setelah aku tau kamu tidak benar-benar menginginkannya,” tegas David yang membuatku mengerutkan keningku bingung, memangnya apa yang dibisikan Revan padanya, mendengar kalimat balasan dari David itu jangan-jangan...

“Aku menginginkannya lebih dari kamu menginginkannya.” Jawab Revan yang lagi-lagi membuatku menatapnya kaget. Sepertinya dua orang ini memang sukses membuat jatungku berantakan “Tapi tentu saja aku akan melepaskan dia kalau dia yang menginginkannya, sayangnya kali ini dia menolakmu. Dan itu membuatku harus menjauhkanmu darinya,” Lanjut Revan.

“Heh, dari mana kamu tau kalau dia menolakku. Aku bahkan belum mengejarnya,” Balas David langsung yang aku yakin langsung di sesalinya, karena ekspresinya sudah membuatku seyakin itu, bahkan Revan menahan tawa mendengarnya, “Tapi aku tidak akan menyerah, karena selama hidupku belum pernah keinginanku tidak terpenuhi,”Lanjutnya.

“Baiklah, aku senang mendengarnya. Itu artinya kamu termasuk orang yang beruntung, jadi kalau kamu tidak mendapatkannya kamu tidak akan terlalu kecewa karena ini untuk pertam kalinya,” kata Revan dengan pasti. Kalimat itu membuat jantungku kembali berantakan, kepalaku pusing dan tubuhku lemas, bagaimana bisa aku bertahan lama, oksigen tarasa menipis disekitarku.

“Devi, kamu kenapa?” akhirnya, untuk pertama kalinya aku mendengar namaku dipanggil, apakah kali ini aku baru bisa mendapat peran dan menjadi perhatian dari mereka.

“Aku...” Bodoh, saat aku sudah mendapatkan perhatian yang aku inginkan, kenapa hanya kata itu yang bisa aku ucapkan, kenapa tubuhku tidak bisa bertahan untuk berdiri, karena samar aku merasa Revan menahan tubuhku agar tidak terjatuh, aku menatap raut khawatir dari Revan dan Suara David yang memanggilku, menanyakan keadaanku. Sebelum aku bisa menjawab, tiba-tiba semuanya gelap.

Cerpen cinta Love at First Sighn


“Bagaimana keadaanmu?” perlahan aku membuka mataku yang terasa berat, masih terasa pusing dan samar aku melihat wajah Revan yang tampak khawatir disampingku, menanyakan bagaimana keadaanku. Aku melirik kesekeliling, suara keramaian masih terasa tidak asing, sepertinya aku masih berada di Mall, perlahan aku mendudukan tubuhku yang dibantu oleh Revan.

“Aku baik-baik saja, mungkin hanya terasa lelah,” Ucapku untuk membuat Revan tidak khawatir lagii. Dalam hati aku berfikir, tidak biasanya aku pingsan apa memang tubuhku sekurang tenaga ini. Kalau difikir-fikir lagi, malam sebelumnya aku memang kurang tidur, bangung juga kepagian dan siangnya jalan-jalan, pantas saja tubuhku brontak minta istirahat.

“Kamu benar-benar membuatku khawatir, aku hampir mati melihatmu tidak sadarkan diri. Lain kali, tolong jangan paksakan diri kalau memang tubuhmu tidak kuat untuk dibawa jalan,” kata Revan penuh ke khaawatiran, aku tersenyum mendengarnya, baru kali ini aku melihatnya mengomel, biasanya dia akan selalu mengiyakan apapun yang aku lakukan. Satu hal yang aku tau hari ini, ternyata dia bisa ngomel juga.

“Kenapa malah tertawa?” tanya Revan bingung.

“Aku baru tau kalau kamu juga bisa ngomel, itu seperti bukan kamu yang aku kenal sebelumnya,” jawabku jujur, Revan terdiam seperti mau mengatakan sesuatu tapi juga tidak tau harus berkata apa. Dan akirnya hanya diam saja.

“Kamu sudah sadar, ini minum dulu...” sebotol air mineral disodorkan kearahku, bingung karena Revan masih berada disampingku sementara botol minuman itu jelas disodorkan dari samping aku menatap seseorang yang memberikannya dan kaget melihat David yang masih berdiri dengan santai.

“Kenapa kamu masih berada disini?” tanyaku langsung dan dengan hati-hati menatap kearah Revan yang hanya diam saja, seolah hal itu tidak seharusnya untuk ditanyakan.

“Kamu fikir aku bisa membiarkanmu hanya berduaan dengan pria itu sementara kamus endiri dalam keadaan tidak sadarkan diri, mana aku tau dengan apapun yang akan dilakukannya. Bahkan aku sudah melarangnya untuk membawamu pergi. Kamu harusnya berterimakasih karena aku meyelamatkanmu kali in,” jawab David dengan senyum bangganya.

“Aku hanya akan membaawamu kerumah sakit, atau membawamu pulang. Tapi pria ini dengan seenaknya tetap menahanmu disini, dan dengan tempat seramai ini mengancam akan berteriak, dan yaahhh....”

“Kamu kekanak-kananan David,” ucapku spontan.

“Lohh kenapa malah menyalahkanku, kalau dia memang berniat seperti itu. Kenapa dia tidak mengizinkanku untuk menggendongmu dan membawamu bersama-sama. Dia bahkan tidak mengizinkanku ikut sekiranya dia yang akan menggendongmu, sudah ketebak bagaimana pemikiran kotornya itu bukan?” jawab David dengan pandangan menyipit curiga. Aku melirik Revan yang masih disampingku dan tampang menghembuskan nafas sambil geleng-geleng kepala dan menunduk lalu menyentuh keningnya. Seolah merasa apapun yang akan dijelaskannya, David akan tetap mengatakan bahwa tindakannya salah.

“Baiklah, terimakasih David. Dan sekarang karena aku sudah dalam keadaan yang kesadarannya sudah pulih, tentunya bolehkan aku pergi sekarang bersama Revan,” balasku akhirnya dengan senyum sesopan mungkin. Menahan rasa kesal akan ulahnya.

“Tidak bisa, kamu masih belum terlalu sadar, berbahaya kalau hanya berdua bersama pria itu. Aku akan ikut denganmu untuk menjagamu. .. Aduh,” jawab David langsung mengaduh karena tanpa sadar tanganku telah terangkat memukulnya, gerakan refleks yang seringnya aku lakukan kalau aku sedang kesal. Entah sejak kapan aku merasa pria ini sudah tidak asing lagi, karena kalau bersama orang lain tidak mungkin aku memperlakukannya seburuk itu dengan alasan menjaga etika.

“Aku bisa jaga diri, dan tentunya aku lebih mempercayain Revan . ayo Rev, kita pulang sekarang.” Ajakku sambil berdiri. Revan ikut berdiri dan sebelum David sempat menahan Revan segera menggandeng tanganku melangkah pergi, setidaknya sikap Revan lebih dewasa dibanding penampilannya.
Karena sikap dewasanya inilah yang mungkin membuatku lebih meilihnya, aku lebih merasa terlindungi dan merasa bisa bersandar lebih padanya. Sambil berjalan aku memeluk lengannya refleks, sepertinya aku sedikit bisa mengontrol prasaanku sendiri, karean aku sudah merasa tidak segugup sebelumnya. Mungkin aku bisa lebih mengungkapkan apa yang aku rasa sekarang.

Bersambung

Berlanjut ke cerpen cinta love at first sight part 08

Detail cerpen Love at First Sighn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar