Cerbung Love at First Sight ~ 01

Kayaknya Cerpen sweety heart emang bikin mentok deh, kagak muncul-muncul ide nya. Jadi dari pada nunggu itu ide yang kayaknya lagi minggat dan nggak mau balik, mending admin lanjut cerbung baru aja deh ya.

Dan judulnnya kali ini Love at First Sight. Ceritanya sih cinta pertama gitu kan, tapi itu juga kalo ide awalnya masih nggak berubah. Atau kalau enggak ya, pokoknya alurnya suka-suka deh. Hohohoho, penulis amatiran mah emang gitu. Nah segitu aja, lanjut simak aja cerpen nya, happy reading...

love at first sight
Love at Firs Sight

Love at Firsh Sight


Cinta. Apa yang terlintas diingatan saat kata ini terdengar? Kalau aku, saat kata ini terdengar yang ada dalam bayanganku adalah, Dia. Ia, Dia. tepatnya Revan. Dia adalah cowok pertama yang aku suka namun cowok pertama juga yang membuatku memutuskan untuk mencintanya secara diam-diam saja, karena apa? Karena aku cukup tau bahwa mencintainya bukanlah sesuatu yang mudah, bukan. Maksudku bukan mencintaninya namun mendapatkannya. Orang bilang, mencintai diam-diam itu sulit, namun yang aku tau adalah mengungkapkan secara langsung justru lebih sulit. Untuk itulah, aku lebih memilih untuk mengangguminya dari kejauhan. Diam-diam mengikutinya kemana pun saat mataku berada dalam jarak pandang yang bisa melihat kearahnya, memfoto semua gerakan yang aku anggap menarik untuk dijadikan koleksi. Mungkin akan lebih tepat jika dibilang aku sebagai Stalker.

Karena aku rasa, akan terlalu sadis kalau dibilang penguntit, yaahh meskipun sebenarnya artinya juga sama. Tapi Aku tentu tidak seburuk itu, aku hanya mengikutinya tanpa maksud apa-apa, karena aku rasa hanya dengan melihatnya saja sudah cukup. Aku bahkan tidak pernah bertegur sama dengannya, aku sendiri sanksi apakah dia kenal aku atau enggak. Aku pertama kali melihatnya itu pertama kali aku masuk ke SMU ini, tepatnya hampir 3 tahun yang lalu. Karena sekarang aku sudah masuk kelas 3 semester akhir, aku yakin sebentar lagi kita akan sama-sama lulus sekolah dan dia hanya akan tinggal kenangan.

Ngomong-ngomong, aku jatuh cinta sama dia itu karena dia membantuku untuk lolos dari guru piket karena terlambat datang kesekolah. Kejadiannya klise banget, dan nggak yakin itu bisa membuatnya kenal aku atau tidak, atau mengingatku atau tidak karena setelah kejadian itu bahkan dia tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kalau dia menyukaiku. Saat itu mungkin entah hari kesialan atau keberuntungan. Aku yang biasanya tidak pernah terlambat, hari itu benar-benar diharuskan untuk menerima nasib yang tidak akan ku sesali, karena motor yang seharusnya bisa aku kendarai mendadak mogok dan nggak bisa digunakan. Kemudian dengan susah payah aku memujuk kakak ku untuk mengantarkan ku menggunakan motornya, sebenarnya tidak terlalu sulit memintanya untuk mengantarku karena dia termasuk kakak ku satu-satu nya yang paling baik. Namanya kak Randy, dan aku benar-benar beruntung memiliki dia.

Yang tersulit itu saat aku membangunkannya, kak Randy itu punya kebiasaan buruk yang aku sendiri tidak tau bagaimana untuk menanganinya, ia benar-benar makhluk yang susah untuk dibangunkan. Bagi dia itu matahari terbit jam 09:00, dan sebelum itu dia akan tetap tertidur dikamarnya. Jadi bisa dibayangkan bukan gimana aku bisa membangunkannya tepat pada jam 06:00 pagi biar nggak terlambat, yaahh meski akhirnya bisa membangunkannya, tidak sampai disitu, ternyata tuh motor juga kayaknya nggak bersahabat. Karena tiba-tiba saja motornya kehabisan bahan bakar atau bahasa kerennya itu Bensin lah ia, nah padahal jarak ke sekolah itu masih lumayan jauh. Bahkan tidak terlihat satu pun pom bensin disana.

Kalau menunggu kak Randy mendorong motor untuk mencari bensin tentu bukanlah pilihan yang bagus, karena jam juga nggak bisa dimundurkan. Akhirnya aku nekat berlari kearah sekolah, meskipun mungkin akan terlambat, tapi bukan berarti tidak ada toleransi kan? Ini hari pertama ku masuk dan aku tidak mungkin membiarkan diri ini tidak hadir, pasti nanti aku tidak mendapatkan teman. Dan di SMU itu, teman adalah hal yang wajib didapat, atau akan menjadi masa paling buruk selama 3 tahun karena terus sendiri. Baiklah, back to topik, akhirnya dengan semua tenaga yang aku miliki, semua ku kerahkan untuk mendapatkan kesempatan hadir pada hari pertama ini. Sambil sesekali melirik jam yang melingkar ditangan, aku terus berlari.

Dan dengan napas ngos-ngosan, akhirnya gerbang sekolah tepat didepan mata, aku sempatkan untuk melirik jam tangan sekilas. Tepat 5 menit bel masuk pasti berbunyi, dengan langkah yang sedikit melemah seulas senyum mulai terbit dibibirku yang kemudian menjadi jeritan penuh kekagetan saat tepat didepan mataku pintu pagar tertutup rapat. Satpam yang bertugas hari ini menutup pintu pagar bahkan tepat setelah aku berada didepannya, tidak memberiku kesempatan untuk meloloskan diri. Dan tepat didepanku, seorang cowok yang baru saja melangkah masuk, aahh sial. Aku terlambat selangkah dari dia, tapi bagaimana mungkin dia bisa masuk semetara aku tidak.

"Maaf pak, tolong donk bukain pintu gerbangnya lagi..." pintaku memelas dengan tampang ngos-ngosan.

"Tidak bisa, ini sudah pukul 07:00 dan pintu gerbang tidak bisa dibuka lagi, mending kamu pulang saja," Sang satpan memerintahkan. Yang dalam kesempatan itu, aku melirik kearah baju bagian kanan diatas saku tertera nama Danang disana.

"Yahh jangan gitu dunk pak, saya janji deh ini terakhir kalinya saya terlambat. Ini hari pertama saya masuk disini pak. Dan saya harus tiba dikelas sebelum 1 guru pun yang masuk, tolong dunk pak..." kembali aku meminta pertolongan, mana mungkin aku pulang setelah semua pengorbanan yang aku lakukan, dalam hal ini tentunya aku tidak bisa menyalahkan siapapun.

"Tapi ini sudah peraturannya, pintu gerbang tidak boleh dibuka setelah jam 07:00 nanti saya bisa kena masalah dik, sudahlah makanya lain kali kamu harus datang lebih awal," pak Danang itu benar-benar tidak bisa membantu ku kali ini, dengan menghembuskan nafas kesal aku mencari ide yang sepertinya tetap tidak ketemu.

"Ada apa pak?" Aku mendengar suara yang merdu tidak jauh dariku dan dengan cepat mendongak keasal suara, cowok tadi. Ternyata dia tidak segera masuk setelah berhasil memasuki pintu gerbang, sedikit harapan muncul dalam kepalaku, semoga saja dia salah satu penolong yang diutuskan Tuhan untuk membantuku kali ini.

"Ini, dia terlambat. Dan pintu gerbang tidak bisa dibuka setelah jam 07:00, dan ini sudah menjadi peraturannya," jelas Pak Danang.

"Ayo dunk pak, kali ini saja. Aku benar-benar minta maaf..." akhirnya aku buka mulut, berharap bisa mendapat pertimbangan dan sekilas melirik jam yang berada ditangan dengan takut. Kemudian aku melihat kearah cowok didepanku yang ternyata juga sedang menatapku, dan dengan bodohnya aku malah terpesona dengan mata itu, cukup aneh sekali.

"Untuk kali ini sepertinya tidak apa-apa pak, bukain saja. Aku yang akan tanggung jawab," kata sang cowok sambil tersenyum. Mataku membulat mendenar kalimat itu, dia akan tanggung jawab?

"Ini sudah peraturannya dik, dan bapak bisa kena masalah kalau melanggarknya," jawab pak Dangan terlihat gugup dengan sedikit ketakutan. Keningku mengerut, pak satpan takut sama seorang murid??? apakah ini wajar?

"Aku akan tanggung jawab, tenang saja. Untuk kali ini biarkan gadis ini masuk," balas sang cowok dengan mata yang mampu membuatku terpesona itu, dan tampaknya Pak Danang berfikir sesaat kemudian menghembuskan nafas lelah dan akhirnya barulah dengan perlahan membukakan pintu gerbang yang tentu saja membuatku merasa lega. Sementara cowok itu tersenyum kearahku, dan untuk kesekian kalinya membuatku terpesona.

"Terimakasih pak,..." kata ku dengan wajah sumringah.

"Baiklah, lain kali kamu tidak boleh terlambat lagi. Ingat, ini hanya karena anak pemilik sekolah yang memintanya," balas pak Danang sambil menutup pintu gerbang kembali.

"Dia anak pemilik sekolah?" mataku membulat begitu mengetahui informasi yang disampaikan pak Danang.

"Iya, sudah kamu segera masuk saja. Nanti kamu bisa terlambat lagi," balas pak Danang yang membuatku kembali tersadar kemudian buru-buru melangkah pergi setelah sebelumnya mengucapkan terimakaasih kearah pak danang sekali lagi. Tapi kemudian aku baru tersadar kalau pria itu sudah tidak ada, aku tidak menyadari saat pria itu melangkah pergi. Bahkan aku tidak bisa mengucapkan terimakasih secara resmi, namun sejak saat itu aku sudah memutuskan kalau dia adalah cinta pertamaku, anak dari sang pemilik sekolah.

Setelah aku selidiki lebih lanjut, barulah aku tau kalau namanya Revan, dan dia salah satu murid paling keren disekolah itu. Selain karena anak sang pemilik sekolah, dia juga cukup populer karena pinter, bahkan selalu dikelilingi cewek-cewek maupun cowok-cowok membuatku tidak bisa mendekatinya sama sekali, bahkan aku pernah memergokinya, sedang menolak cinta dari salah satu temen cewek yang sering menempel kearahnya. Sebenarnya bukan memergoki secara kebetulan, aku hanya sedang melihatnya dan kemudian mengikutinya. Namun sejak saat itu aku tau, dia tidak pernah benar-benar pacaran sama cewek, dan cewek-cewek yang bersama nya selama ini tidak menarik perhatiannya. Padahal cewek-cewek itu termasuk cewek paling manis yang aku lihat, membuatku minder karenanya. Kalau yang seperti itu saja ditolaknya apalagi aku. Namun meskipun begitu, tidak salah kalau aku menyukainya.

Karena semua orang juga menyukainya, aku tidak mungkin salah jika aku juga mencintanya bukan? Wajar saja kalau begitu, meskipun selama ini hanya bisa memperhatikannya dari kejauhan, jarak memang tidak akan bisa memisahkan dari rasa cinta kan? Aku rasa ini saja sudah cukup, hanya melihatnya dari kejauhan saja sudah cukup untuk meredam rasa suka yang aku miliki. Tidak perlu menyatakan cinta apalagi sampai bermimpi untuk mendapatkannya.

"Melototi Revan lagi ya?" pertanyaan dari arah samping membuatku terlonjak kaget dan langsung menatap keasal suara dengan mata membulat.

"Enggak!" protesku cepat dan buru-buru mengalihkan pandangan kearah lain.

"Pake acara bohong segala, memangnya apa lagi yang kamu lakukan kalau bukan melototi Revan setiap hari. Udahlah, dari pada kamu mencintainya diam-diam terus, mending kamu nyatain saja cinta kedia," kata Olive dengan santai, dia ini sahabatku satu-satunya. Terhitung sejak pertama kali aku berada di SMU ini. Jadi dia tau semuanya, bahkan dia tau kalau Revan adalah cinta pertamaku.

"Gila, mana mungkin aku mengakui ke dia. Bisa mati berdiri kalau sampai itu terjadi," balasku sambil kembali menikmati bakso didepanku untuk mengalihkan perhatian. Kali ini aku sedang berada dikantin sekolah, dan tak jauh dariku tampak Revan dan teman-temannya yang sedang melakukan hal yang sama, menikmati makan siang mereka.

"Mau sampai kapan, udah 3 tahun tau. Memang sih, mengungkapkan itu lebih sulit, tapi setidaknnya akan membuatmu lebih lega kan? Kamu tidak akan terus-terus menebak apakah dia juga menyukaimu atau tidak," balas Olive sambil tersenyum.

"Ah, kamu ini. Makin lama makin ngaco deh, udah ah kekelas aja yuk," ajak ku mencoba mencari pembahasan lain. Selain karena aku sudah menghabiskan bakso yang ada didepanku, juga aku sudah tidak melihat Revan diantara teman-teman yang lain, itu artinya tidak ada gunanya lagi kantin saat ini. Olive tanpak menghembuskan nafas lelah kemudian ikut berdiri, kemudian geleng-geleng kepala saat melihat ku masih melirik sana sini mencari sosok Revan. Yahh tentu saja, mencari kesempatan untuk bisa mengikutinya lagi, mungkin bisa menambah koleksi foto-fotoku dirumah.


Bersambung...

Cut dulu yaa... menunggu ide yang lainnya muncul diingatan... Hohohoh... Berlanjut ke cerpen cinta love at first sight part 02

Detail cerpen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar